Senin, 19 November 2012

kisah sebuah impian


Ku ingin memulai kisah pertamaku dengan kisahku bersama lelaki yang kini menjadi suamiku. Kisah klasik yang khan terus mewarnai perjalanan hidup kami hingga hembusan nafas terakhir kami. Berawal dari sebuah persahabatan, kami menjalin cerita, merajut mimpi sebagai generasi muda untuk memiliki usaha sendiri yang mandiri hingga akhirnya impian itu perlahan terwujud nyata. Dan sebagai bonus, kami menyatukan diri dalam ikatan suci pernikahan dan membiarkan cinta itu datang mengikuti.
Yaaa, itulah kami. Sekilas, kisah kami boleh dibilang biasa. Tapi bagiku, kisah ini adalah hal yang luar biasa dalam hidupku. Tahun 2004, kami mulai impian kami dengan usaha kecil-kecilan ketika kami masih kuliah. Tapi usaha itu tak bertahan lama karena kesibukan kami masing-masing. Seiring berjalannya waktu mimpi yang tertunda itu kembali menemukan jalan lewat sahabatku, Kak Bayu. Tahun 2008, setahun setelah kami lulus kuliah, dia membuka lagi usaha kami. Namun, Tuhan memberikan kisah terbaik bagi sahabatku itu. Dia mengujinya dengan ujian yang mungkin tak mampu kulewati. Diusia yang begitu muda, sahabatku di vonis gagal ginjal dan harus menjalani hemodialisa dua kali dalam seminggu. Semua berubah, kesedihan yang teramatpun kurasakan. Untuk yang kedua kalinya impian itu tertunda, dan kali ini aku lebih merasa kehilangan.
Tahun berbilang bulan, tanpa disadari impian itulah yang membuat kami tetap bertahan. Sahabatku kembali pulih, meskipun tak bisa pulih seutuhnya. Setidaknya, dia mampu beraktivitas kembali setelah hampir 6 bulan tergolek di tempat tidur. Aku pun terpanggil untuk membantunya, Tuhan menepati janjinya pada umatnya yang bersungguh-sungguh. Akhirnya akhir tahun 2009 membuatku berfikir keras untuk melanjutkan impian kami tuk yang ketiga kalinya. Subhanallah dengan segala kemudahan yang terbalut kesederhanaan, impian itupun kembali terbuka. Awal tahun 2010 menjadi saksi kebangkitan kami.
Setahun berlalu bukan dengan hal yang mudah. Banyak cerita didalamnya, termasuk kisahku dengannya. Kak Bayu melamarku begitu saja, hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Sama sekali tidak. Tapi pepatah ‘jodoh tak lari kemana’ rupanya berlaku untuk kami. Tak ada proses panjang, pernikahan itu pun terwujud. Impian itu semakin kuat. Impian tuk terus mengembangkan “Friend Education Centre” sebagai wujud cinta kami pada dunia pendidikan.
Kini hampir dua tahun kami lewati bersama, dengan segala suka dan duka. Dengan berjuta doa dan air mata. Dengan berbagai cerita yang kami dapatkan bersama “Friend Education Centre” dan keluarga besar “Hemodialisa PMI Bogor”

1 komentar: